
Karena penyebutan virus dan penyakit satu ini sering disebutkan bersamaan, banyak orang mengira kalau keduanya adalah sama yang ternyata beda banget guys!
“HIV/AIDS”
Apa yang terlintas di benak kamu ketika kamu mendengar ini?
“Kalau sudah kena HIV tinggal tunggu waktu dia AIDS”
Faktanya, orang yang terpapar virus HIV, belum tentu akan kena AIDS.
Yuk kita bedah!

Pengertian HIV
HIV atau “Human Immunodeficiency Virus” adalah virus yang mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang sel T atau CD4, bagian dari sistem imunitas manusia.
Nah, kalau sudah terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 didalam tubuh kamu jadi turun sangat drastis sehingga sistem imun tubuh kamu jadi tidak kuat untuk melawan infeksi.
Akibatnya, jumlah virus HIV dalam darah kamu jadi tinggi.
Namun, ada kok beberapa pengobatan yang dapat mengendalikan virus HIV dengan efektif jadi siklus hidupnya berhenti. Salah satunya adalah antiretroviral yang dilakukan secara rutin.
Gejala dari seseorang yang terinfeksi virus HIV:
Tahap awal, seseorang virus HIV biasanya memunculkan gejala mirip flu biasa dalam dua sampai empat minggu serta akan cepat mereda karena sistem kekebalan tubuhnya pada tahap ini masih sanggup mengendalikannya. Periode waktu ini disebut sebagai infeksi akut. Namun, ada gejala lain yang terjadi selama berminggu-minggu, yaitu:
- Demam
- Kelelahan
- Ruam di kulit yang tidak gatal
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
- Berkeringat di malam hari
- Ada luka di sekitar mulut mirip sariawan
Sayangnya HIV biasanya butuh waktu 10 tahun semenjak paparan pertamanya sampai bisa menampilkan gejala yang jelas.
Pengertian AIDS
Berbeda dengan HIV, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah tahap akhir dari infeksi HIV yang tidak kunjung membaik walaupun dengan pengobatan jangka panjang.
Seseorang dapat terinfeksi virus HIV tanpa mengembangkan AIDS, tetapi tidak mungkin mengalami AIDS tanpa terkena HIV lebih dulu.
Orang dengan HIV dan AIDS memiliki sistem imun yang sangat lemah sehingga sangat rentan terhadap risiko infeksi oportunis yang muncul bersamaan dengan infeksi HIV, seperti tuberkulosis, dan pneumonia.
Rentang jumlah CD4 yang normal adalah 500-1200. Apabila hasil tes CD4 seorang ODHIV menunjukkan angka di bawah 200, orang tersebut dianggap menderita AIDS atau infeksi HIV stadium 3.
Jadi bisa disimpulkan bahwa perbedaan paling utama antara keduanya adalah AIDS merupakan kondisi akhir yang kronis sebagai wujud dari infeksi HIV yang melemahkan daya tahan tubuh.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus HIV bisa hidup selama bertahun-bertahun lamanya (bahkan lebih dari 10 tahun) jika dia tidak mengalami AIDS. Maka itu, mendapatkan pengobatan yang tepat adalah kunci penting bagi orang dengan HIV agar tidak sampai mengalami AIDS.
GEJALA AIDS
Gejala AIDS dapat bervariasi antara penderita yang satu dengan penderita lainnya. Adapun gejala yang dapat terlihat dan di rasakan oleh seseorang yang terkenda AIDS adalah:
- Sariawan, adanya lapisan putih tebal di lidah atau mulut akibat infeksi jamur
- Sakit tenggorokan
- Penyakit radang panggul kronis
- Rentan terserang infeksi jenis apa pun
- Merasa sangat lelah dan pusing
- Sering sakit kepala
- Berat badan menurun drastis dalam waktu cepat tanpa sebab yang jelas
- Lebih mudah mengalami memar
- Sering mengalami diare, demam, dan keringat di malam hari
- Kelenjar getah bening yang bengkak di tenggorokan, ketiak, atau selangkangan
- Sering mengalami batuk kering yang cukup lama
- Sesak napas
- Perdarahan dari mulut, hidung, anus, atau vagina
- Ruam kulit
- Mati rasa di tangan atau kaki
- Kehilangan kendali otot dan refleks
- Mengalami kelumpuhan
CARA PENULARAN HIV
Fakta meanrik dari virus ini adalah dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh, seperti hubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik.
Selain itu, seorang ibu juga dapat menularkan virus tersebut pada anaknya selama kehamilan berlangsung.
Masyarakat umumnya mengetahui penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melakukan hubungan seksual, padahal faktor penyebabnya bisa beragam
Berikut adalah berbagai penyebab penularan HIV yang bisa kamu alami:
1. Transfusi darah
Penularan HIVAIDS dapat terjadi melalui transfusi darah dari penderita HIV. Namun, risiko penularan HIV melalui transfusi darah sangat kecil karena rumah sakit akan selalu memeriksa darah yang didonorkan terlebih dahulu.
2. Kehamilan, melahirkan, dan menyusui anak
Wanita yang menderita HIV dapat menularkan virus HIV ke bayinya saat janin masih di kandungan maupun saat bayi dilahirkan. Penularan HIV ke bayi juga dapat ditularkan melalui ASI.
3. Seks tanpa kondom
Selain itu, seseorang juga dapat terinfeksi virus HIV saat berhubungan seksual dengan penderita HIV, terutama jika tidak menggunakan kondom. Bila air mani, cairan dari vagina, atau cairan dari anus penderita HIV masuk ke dalam tubuh saat berhubungan seksual, Anda dapat terinfeksi virus HIV.
4. Berbagi jarum suntik
Penularan HIV melalui jarum suntik biasanya terjadi di lingkungan pemakai narkotika. Alat-alat yang digunakan untuk menindik ataupun membuat tato yang tidak disterilkan juga dapat menjadi cara penularan HIV.
5. Bertukar alat seks
Penularan HIV juga dapat terjadi jika seseorang saling berbagi alat-alat yang digunakan saat berhubungan seksual (sex toys). Saat melakukan seks oral, seseorang juga dapat terinfeksi HIV bila terdapat luka di mulutnya.
6. Luka di kulit
Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak luka dengan penderita HIV. Jika seseorang memiliki luka di kulitnya dan tersentuh dengan luka penderita HIV, maka orang tersebut dapat terinfeksi virus HIV.
Pentingnya tes HIV
Tes HIV menjadi hal yang vital untuk dilakukan untuk mengetahui status diri. Apabila memang terdapati positif HIV, kondisi AIDS dapat dicegah dan memberi harapan hidup yang tetap sehat.
Beberapa orang yang sepatutnya melakukan tes HIV, yaitu:
- Aktif berhubungan seks, termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria
- Mengalami pelecehan seksual
- Menggunakan narkoba suntik
- Menjalani pengobatan injeksi, seperti injeksi hormon dan steroid
- Terdiagnosis penyakit menular seksual dan tuberkulosis
- Hamil dan berencana untuk hamil
Orang yang terinfeksi HIV seringkali tidak menyadari bahwa ia telah tertular. Jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan konsumsi ARV, individu tersebut akan berisiko mengalami AIDS yang lebih sulit untuk ditangani.