Your Cart

Your cart is currently empty.

Return to shop

Intrauterine Device (IUD)

Salah satu dari beberapa cara penerapan Keluarga Berencana (KB) adalah dengan alat kontrasepsi spiral atau dikenal juga dengan Intrauterine Device (IUD).

Pada awalnya, alat yang pertama kali dirancang oleh Dr. R. Ritcher ini berbentuk seperti cincin, setelah melewati beberapa kali pengembangan yang dilakukan oleh dokter dan ahli lainnya, maka pada tahun 1962, diadakan konferensi resmi pertama oleh dewan kependudukan dengan tujuan mengenalkan IUD sebagai alat kontrasepsi aman secara medis dan efektif dalam menunda kehamilan.

Hingga sekarang, IUD sudah berbentuk huruf T dan memiliki dua jenis: IUD lapis tembaga dan IUD hormonal.

Berbeda dengan pil KB yang harus dikonsumsi setiap harinya, penggunaan IUD bersifat “use and forget”, yaitu pemakaiannya yang hanya sekali dan tidak perlu repot-repot melepas atau memasangnya kembali hingga jangka waktu yang ditentukan.

Karenanya, IUD cocok untuk penggunaan jangka panjang karena pemakaian IUD dapat bertahan dari lima sampai sepuluh tahun, tergantung jenis IUD yang digunakan. IUD juga tidak mengganggu kesuburan penggunanya, sehingga setelah dilepas, kesuburan dapat kembali lagi dengan normal. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, IUD juga menimbulkan keluhan paling minim dibandingkan pil, suntikan dan susuk KB.

Pernyataan ini dilansir dari buletin Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa IUD memiliki presentase sebanyak 95,2% dari minimnya masalah utama yang dialami penggunanya. Disusul oleh susuk KB yang memiliki sebanyak 86,5%.

IUD merupakan alat kontrasepsi dengan tingkat kesuksesan terbaik di antara yang lainnya, lebih dari 99% kesuksesan. Artinya, kurang dari satu dari 10 orang akan mengalami kehamilan dengan pemakaian IUD. Tingkat kesuksesan tersebut bahkan bisa dikatakan melebihi vasektomi.

Tingkat kesuksesan ini juga didukung dengan minimnya human error yang akan terjadi, seperti penggunaan pil KB yang harus dikonsumsi setiap harinya atau kesalahan dalam pemakaian kondom. Jika terjadi kegagalan, menurut pakar kesehatan wanita Sherry A. Ross, kemungkinan dapat terjadi karena IUD belum dimasukkan dengan benar atau setelah terpasang, IUD berpindah posisi.

Dalam segi biaya, memang pengeluaran untuk IUD akan lebih besar daripada KB suntik dan pil, namun karena pemakaiannya yang berjangka panjang, biaya hanya perlu dikeluarkan sekali dalam rentang waktu 5-10 tahun.

Biaya IUD di rumah sakit berada di rentang harga Rp 500.000 hingga Rp 700.000, tergantung dari merek, jenis, dan biaya dokter.

Meskipun banyak kelebihan, bukan berarti IUD tidak memiliki kekurangan. Ada beberapa risiko atau pun efek samping dari penggunaan IUD, antara lain:

● Penggunaan IUD berjenis tembaga akan lebih rentan mengalami pendarahan berlebihan saat menstruasi maupun kram.
● Penggunaan IUD hormonal akan berefek samping layaknya PMS— sakit kepala, tumbuh jerawat, pegal linu di beberapa bagian tubuh dan nyeri di payudara.
● Pada awal pemakaian, sering terjadi bercak seperti pendarahan dan juga menstruasi yang tidak teratur karena penyesuaian tubuh.
● IUD dapat bergeser atau berpindah posisi, bahkan keluar seluruhnya dari rahim pengguna.
● IUD tidak disarankan untuk beberapa orang, seperti wanita yang merokok, memiliki penyakit panggul, kelainan pada rahim, kanker serviks, kanker payudara, liver, dan penyakit menular seksual.


Pemasangan IUD hanya memerlukan waktu selama beberapa menit. Setelah dokter memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit, vagina akan dibuka dengan menggunakan cocor bebek. Vagina kemudian dibersihkan dengan larutan antiseptik, setelahnya leher rahim disuntikkan dengan anestesi lokal. Dokter kemudian akan mengukur kedalaman rahim dengan menggunakan uterine sound atau aspirator endometrium.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan IUD ke dalam rahim. Sebelum memasukkan IUD, bagian lengan dari alat spiral ini akan dibengkokan terlebih dahulu. IUD kemudian dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina, dan ketika sudah berada di dalam rahim, bagian lengan IUD akan terbentang hingga membentuk huruf T.Penggunaan IUD bersama Menstrual Cup

Tidak sedikit pengguna IUD yang tertarik untuk memakai menstrual cup, namun sebagian besar masih ragu karena takut menstrual cup yang dipakai akan mengganggu posisi IUD. Sebenarnya, benarkah Menstrual Cup akan mengganggu atau mengubah posisi IUD yang telah dipasang? Menurut dr. Nugraha Kesuma Arief, penggunaan menstrual cup dan IUD secara bersamaan seharusnya aman secara posisi, karena letak menstrual cup dan IUD berada di dua area berbeda— IUD diletakkan di dalam rahim, sementara menstrual cup diletakkan di dalam liang vagina. Kekhawatiran berubahnya posisi IUD sendiri berasal dari hisapan menstrual cup, meskipun sebenarnya kemungkinan hal tersebut terjadi hanya sedikit lebih besar daripada yang tidak memakai menstrual cup. Berubahnya posisi IUD lebih banyak terjadi karena komplikasi pada saat pemasangannya.

Maka dari itu, sebelum menggunakan menstrual cup, para pengguna IUD disarankan untuk melakukan beberapa hal:

● Konsultasikan kepada dokter. Jika ingin memulai menggunakan menstrual cup, disarankan menunggu hingga siklus kedua setelah pemasangan IUD untuk memastikan posisi IUD sudah menetap dengan baik karena kemungkinan IUD berpindah posisi terjadi pada bulan pertama pemakaian,
● Cek keberadaan benang IUD setiap bulannya. Pastikan panjang dari benang tersebut tidak berubah dan pada saat memasukkan menstrual cup, pastikan benang berada di dalam cup. Untuk mempermudah, mintalah bantuan dokter untuk memotong benang IUD sedikit lebih pendek agar tidak mengenai menstrual cup.
● Ketika akan mengeluarkan menstrual cup, lepaskan hisapan mulut menstrual cup dari dinding vagina sebelum menariknya keluar. Hal ini sangat penting agar menghindari benang IUD yang turut tertarik bersamaan dengan dikeluarkannya menstrual cup.

IUD dan menstrual cup adalah dua buah inovasi yang sangat menolong para wanita— kedua alat ini lebih praktis, dapat dipakai untuk jangka panjang, ramah lingkungan, dan lain-lainnya, sehingga tidak heran jika banyak wanita yang ingin beralih ke kedua alat ini. Tidak perlu takut dengan risiko yang kemungkinan terjadi, selama hal-hal di atas dilakukan, risiko terjadinya IUD bergeser atau lepas karena menstrual cup akan jauh berkurang.