Belanjaan Anda

Keranjang Anda saat ini kosong.

Kembali ke toko

Selaput Dara ≠ Keperawanan

Keperawanan merupakan hal yang cukup sensitif untuk diperbincangkan, apalagi hubungannya dengan moral dan isu religius seseorang membuat keperawanan sangat sakral. Akibatnya, tidak banyak orang yang mengetahui konsep keperawanan yang sebenarnya, masyarakat hanya mengetahui bahwa keperawanan selalu berhubungan dengan selaput dara— selaput dara yang rusak akan membuat seorang wanita tidak lagi perawan. Padahal, ada penjelasan secara medis mengenai hubungan selaput dara dan konsep keperawanan yang ada.

Selaput dara atau “hymen” adalah istilah dari bahasa Yunani yang berartikan membran. Hymen, dalam mitologi Yunani, merupakan seorang God of Marriage. Hubungan selaput dara dan pernikahan yang diceritakan di mitologi Yunani mungkin mempunyai peran akan asal-usul mengapa seorang wanita harus menjaga keperawanannya sebelum menikah dengan tidak berhubungan seksual yang akan merusak selaput dara mereka.

Tentu saja, pemahaman ini sangatlah bersifat konvensional. Dr. Robbi Asri Wicaksono, SpOG, seorang dokter spesialis kebidanan, saat Beliau diwawancarai oleh Tirto.id mengatakan, “Selaput dara bukanlah seperti tirai yang menutup semua vagina, lalu koyak tertembus saat penetrasi.” Pernyataannya ini mematahkan konsep keperawanan yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya di masyarakat.

Jeni-Jenis Selaput Dara

Bentuk dari selaput dara sendiri bermacam-macam dan berbeda-beda setiap orangnya. Dari Penelitian yang dilakukan oleh Frank H. Netter MD, seorang dokter bedah dan ilustrator, terdapat empat bentuk dari selaput dara sebagai berikut:

Annular Hymen
Selaput dara ini berbentuk seperti setengah bulan— bentuk ini mempermudahkan jalannya darah menstruasi keluar dari vagina. Annular Hymen ini adalah bentuk selaput dara yang paling umum ditemukan.

Septate Hymen
Ada juga Septate Hymen, yaitu selaput dara yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka. Lubang terbuka inilah yang memisahkan bukaan vagina, layaknya lubang hidung yang mempunyai dua lubang. Jika ingin dihilangkan, maka dibutuhkan pembedahan minor untuk menggunting membran tersebut.

Cibriform Hymen
Sama seperti Septate Hymen, selaput dara ini juga memiliki lebih dari satu lubang di membrannya. Bedanya, lubang Cibriform lebih kecil dan juga lebih banyak.

Parous Introitus
Selaput dara dengan tipe ini biasanya ada pada perempuan yang sudah sering melakukan hubungan seksual. Lubang pada selaput dara mereka dapat membesar, namun tetap menyisakan jaringan selaput dara di sekitar dinding vagina.

Selain keempat tipe selaput dara di atas, menurut youngwomenshealth.org, ada juga dua tipe lainnya:

  • Microperforate Hymen
    Jenis selaput dara ini mempunyai membran tipis yang hampir menutup seluruh lubang vagina. Wanita dengan tipe selaput dara seperti ini akan sangat sulit untuk memasukkan tampon maupun menstrual cup ke dalam vaginanya. Sama seperti Septate Hymen, tipe ini juga membutuhkan pembedahan minor jika diperlukan.
  • Imperforate Hymen
    Lubang vagina ditutupi oleh selaput dara secara keseluruhan pada tipe yang satu ini. Tipe ini sangat jarang ditemukan pada wanita, namun jika ada yang memiliki jenis selaput dara ini maka bisa dipastikan ketika menstruasi, rasa sakit yang dirasakan akan lebih parah dari wanita normal. Pasalnya, darah menstruasi akan kesulitan menemukan jalan keluar dari vagina, sehingga akan menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman di bagian bawah perut. Vagina dengan selaput dara seperti ini disarankan untuk mengambil tindakan operasi untuk membuat lubang pada selaput daranya.

Selain keadaan bentuk selaput dara yang berbeda-beda, faktor lainnya seperti elastisitas selaput dara, seberapa tipis selaput daranya, atau banyak tidaknya pembuluh darah di selaput dara juga mempengaruhi jumlah pendarahan pada hubungan seksual pertama yang dilakukan. Bahkan, pada wanita yang memiliki selaput dara tipis akan sangat rentang terhadap robeknya selaput dara.

Hal ini bisa terjadi saat mereka melakukan aktivitas berkuda, bersepeda, atau berlari. Sebaliknya, jika selaput dara seseorang cukup tebal dan elastis, maka akan sulit untuk dirobek, meskipun sudah dilakukan penetrasi berkali-kali.

Website Physicians for Human Rights pun menegaskan bahwa tidak ada hubungannya selaput dara dengan keperawanan. Organisasi advokat kesehatan pada pekerja ini menjelaskan bahwa fakta ilmiah dan medis menolak menggunakan ukuran selaput dara, morfologi, atau integritas untuk menentukan penetrasi vagina pada seorang perempuan.

Dalam dunia medis pun, tidak dibenarkan seorang dokter mengklaim bahwa selaput dara yang rusak tanda dari hilangnya keperawanan. Dalam pemeriksaan yang berkaitan, dokter hanya boleh mendeskripsikan bentuk selaput dara, tanpa mengkaitkannya pada keperawanan.

Artikel di atas diambil dari www.health.detik.com. Heboh Isu Atlet SEA Games Tidak Perawan, Ini Cara Dokter Memeriksanya

Artikel di atas diambil dari www.kumparan.com. Sudut Pandang Dunia Medis tentang Keperawanan

Salah kaprah Tentang Keperawanan Wanita

Banyak salah kaprah tentang keperawanan yang beredar di masyakarat, yang paling sering didengar yaitu selaput dara yang robek hingga keluarnya darah ketika berhubungan seks pertama kali adalah tanda masih perawan.

Berikut ini beberapa hal-hal salah kaprah tentang keperawanan yang beredar di masyarakat dan bagaimana fakta sebenarnya:

  • Selaput dara rapat tanda keperawanan

    Ini adalah salah kaprah tentang keperawanan yang paling sering didengar. Selaput dara yang rapat adalah tanda keperawanan. Namun faktanya, selaput dara sendiri tidak benar-benar rapat tapi elastis, justru ketika selaput dara rapat itu menjadi tanda adanya kelainan yang disebut selaput dara imperforate (kondisi medis langka yang perlu dilakukan operasi.) Hal ini karena, selaput dara memang memiliki lubang yang berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk inilah yang memungkinkan darah menstruasi mengalir keluar dari vagina.

  • Selaput dara robek tanda sudah berhubungan seks

    Fakta yang perlu diketahui adalah selaput dara yang berubah bentuk atau sering disebut dengan robek bukan hanya disebabkan karena berhubungan seksual, ada banyak penyebab, seperti:

    • Jatuh pada benda tajam
    • Cedera
    • Prosedur medis (USG transvaginal, atau menjalani langkah pencegahan kanker serviks).
  • Semua wanita punya selaput dara

    Kebanyakan masyarakat percaya bahwa setiap wanita pasti memiliki selaput dara. Ternyata tidak begitu, tidak semua wanita lahir dan punya selaput dara. Bahkan wanita yang tidak memiliki selaput dara dari lahirpun tidak memiliki dampak apa-apa terhadap kesehatannya. Banyak orang yang mungkin terkejut mengetahui bahwa selaput dara tidak memiliki tujuan medis atau fisiologis yang terbukti.

  • Keluar darah saat pertama kali berhubungan seks

    Tidak semua wanita mengalami perdarahan ketika pertama kali melakukan hubungan seks. Perdarahan yang terjadi saat pertama kali berhubungan seks biasanya dialami oleh wanita yang selaput daranya kecil sehingga ketika terjadi penetrasi selaput dara tadi merenggang / dilakukan di usia belia / belum terlubrikasi dengan baik.

  • Merasakan sakit saat pertama kali berhubungan seks

    Sama halnya dengan keluar darah, tidak semua perempuan akan merasakan sakit ketika pertama kali berhubungan seks. Rasa sakit yang dirasakan saat berhubungan seks bisa jadi karena beberapa hal, yaitu

    • Merasa tidak nyaman
    • Melakukan seks pertama kali cenderung membuat tegang, dan hal ini membuat otot-otot di sekitar vagina kencang dan membuat penetrasi yang terjadi menimbulkan rasa sakit
    • Penetrasi dilakukan saat vagina dalam keadaan kurang basah. Jika seperti ini kamu bisa memberikan pelumas.

Konsep mengenai salah kaprah keperawanan wanita telah secara turun temurun dipercaya oleh mayoritas masyarakat. Tentu hal ini sangat merugikan bagi wanita yang selalu dicap buruk dari konsep yang salah ini.

Utuh atau tidaknya selaput dara tidak dapat menjadi patokan untuk keperawanan, atau menentukan apakah seorang wanita sudah pernah melakukan hubungan seksual. Ada berbagai faktor lain yang dapat menyebabkan selaput dara robek.